Join Us on Facebook



Kamis, 24 Juli 2014

Preview : Di Balik Pintu Istana

Putra dari musisis mahsyur Indonesia Idris Sadri akan merilis sebuah film perdana tentang kerusuhan Mei 98. Film yang mengangkat tema runtuhnya rezim orde baru tersebut dingakat agar anak muda khusus Generasi tahun 1995 ke atas bisa mengetahui bahwa ada kejadian seperti itu di Indonesia dan berharap nanti pemimpin Indonesia di masa depan bisa mendapat pelajaran agar tidak mengulangi kejadian tersebut di masa mendatang.

Film yang berjudul 'Di Balik Pintu Istana' ini disutradarai oleh aktor yang mungkin saja sangat familiar. Yaitu Lukmas Sadri, putra dari Idris Sadri tersebut akan menjadi ajang pembuktian bagi dirinya apakah mampu membuat film yang banyak disukai masyarakat atau tidak.

Didalam film yang saat ini tengah dibuatnya, akan menampilkan jajaran aktor dan aktris yang saat ini sedang pamor dilayar kaca seperti Doni Alamsyah, Fauzi Badillah dan masih banyak artis ternama lainnya.

Untuk menyajikan situasi kerusuhan mei 98 yang benar-benar terasa, sang sutradara yaitu Idris Sadri mengaku dari awal terus melakukan riset dan wawancara. Wawancara yang dilakukannya sendiri dilakukan bersama orang-orang yang dirasa penting untuk menyajikan fakta yang sebenarnya dan tidak ingin menyudutkan pihak manapun.

Idris Sadri diketahui sebelum pembuatan film telah melakukan wawancara ke beberapa orang penting seperti Amien Rais dan Wiranto, selain itu dirinya juga membaca buku-buku karya B.J. Habibie yang diketahui pada saat kerusuhan Mei 98 tersebut beliau menjabat sebagai wakil presiden RI.

Sementara itu, alasan dirinya untuk mengangkat masa kelam Indonesia sebagai tema cerita dalam film adalah karena dirinya menilai bahwa kerusuhan mei 98 jarak waktunya masih belum terlalu jauh dan dirinya berharap filmnya tersebut dapat memberikan pelajaran kepada anak muda khususnya generai diatas tahun 1995.

"Aku pikir mei 1998 ini belum terlalu lama waktunya , tapi juga  banyak anak muda sekarang belum tau tentang kejadian ini. Generasi diatas tahun 1995 kan pasti belum tau. Intinya film ini aku buat untuk memberikan info kalau dulu ada lho kejadian Mei 1998. Trus aku ingin perlihatkan dari segi humanismenya," ujar Lukman.

Walaupun dirinya berjanji tidak akan memojokkan siapa pun dalam filmnya tersebut, salah satu aktor yang ikut memainkan peran dari film tersebut mengakui bahwa adegan-adegan film dalam cerita tersebut menampilkan kisah cinta antara dua sejoli yang berbeda etnis yaitu Tiongkok dan Pribumi. Namun saat kerjadian kerusuhan berlangsung, dua sejoli ini akan dihadapi dengan situasi sulit.

Hanya seperti itu saja bocoran singkat yang diberikan oleh salah aktor dalam film tersebut, dirinya juga tidak mengungkapkan bagaimana keluh kesah para pemain ataupun sutradara yang masih dibilang teman-temannya. Padahal seperti yang diceritakan oleh sang sutradara sendiri bahwa pembuatan film sendiri masih menuai banyak kendala-kendala seperti perizinan shooting yang rumit dan perizinan untuk meminjam atribut militer yang berbelit-belit.

"Perizinan lumayan susah, terutama dengan tentara-tentara, peminjaman senjata dan atribut. Kita harus meyakinkan dulu, kalau kita nggak akan menjelek-jelekkan mereka (tentara), kita hanya menggambarkan drama kehidupannya aja, nggak terlalu spesifik," tutup Lukman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar