Join Us on Facebook



Selasa, 28 Februari 2017

Film Galih Dan Ratna Dihiasi Wajah Baru

Galih dan Ratna, merupakan judul baru baru Film Gita Cinta Dari SMA yang jaya di era 1980an. Film ini akhirnya diproduksi kembali setelah hampir 39 tahun masa penayangannya. Lucky Kuswandi selaku sutradara menghadirkan wajah wajah baru yang lewat casting yang cukup panjang dan lama.

Sang pemeran Galih, Refal Hadi, mengaku film Galih dan Ratna merupakan debutnya sebagai aktor. Wajah baru lainnya seperti Stella Lee yang berperan sebagai Erlin teman sekelas Ratna dan beberapa teman lainnya juga merupakan wajah fresh di dunia perfilman Indonesia.

Film Galih dan Ratna akan mulai masa penayangannya pada tanggal 9 Maret 2017 mendatang.

Sabtu, 25 Februari 2017

Tak Disangka Salawaku Raih Banyak Penghargaan

Salawaku, produksi film yang dibuat oleh 2 anak muda berbakat, Ray Zulham dan Michael Julius mampu meraih penghargaan dalam Festival Film Indonesia (FFi) 2016. Tak hanya dalam negeri, di luar negeripun film ini mendapat penghargaan di ajang internasional, Tokyo Internasional Film Festival (TIFF) 2016.

Niat awal Ray Zulham dan Michael Julius hanya untuk mengangkat potensi keindahan Indonesia, tanpa harus syuting di luar negri.Namun, tak di sangka film garapan mereka mendapat banyak penghargaan.


Pulau Seram, Ambon menjadi pilihan mereka untuk dijadikan tempat syuting. Butuhn berbulan-bulan untuk meriset lokasi syuting film Salawaku.

Film Salawaku dibintangi oleh Karina Salim, Raihaanun, JFlow, Shafira Umm, Elko Kastanya. Dengan menghadirkan keindahan alam Indonesia bagian Timur.

Menceritakan perjalanan dua manusia yaitu Salawaku dan Saras yang berbeda usia, berbeda kepentingan dan berbeda sifat. Muncul Kawanua, kakak angkat Salawaku yang menyusul Salawaku. Salawaku menerima Kawanua dalam perjalanan mereka karena percaya pada lelaki tersebut. Kebaikan Kawanua membutakan mata Saras dan Salawaku. Saras perlahan melupakan patah hatinya dan mengalihkan rasanya pada Kawanua. Hingga di satu titik Salawaku menyadari mereka menjauhi Piru, kota dimana kabarnya kakak Salawaku yaitu Binaiya berada. Berbagai konflik dan drama menyertai kisah perjalanan mereka sebelum bertemu Binaiya. Dua sosok itu kini melangkah menjauh sebagai dua manusia yang tidak lagi sama.

Kamis, 23 Februari 2017

Di Indonesia, Tujuh Film Ini Dilarang Peredarannya

Banyak film mancanegara atau bahkan film Indonesia sendiri tidak berhasil lulus sensor dan berakhir dilarang untuk ditayangkan di perfilman Indonesia. Alasan nya karena terlalu vulgar maupun SARA. Penasaran apa saja film yang dilarang beredar? Berikut diantaranya7 film larang edar di perfilman Indonesia.

1. Fifty Shades of Grey (2015)

Fifty Shades of Grey adalah film besutan Hollywood yang diadaptasi dari novel karangan penulis Inggris, E. L. James. Mengisahkan tentang hubungan percintaan antara seorang mahasiswi sekaligus pekerja paruh-waktu bernama Anastasia Steele dengan seorang pebisnis muda bernama Christian Grey. Tidak sesuai dengan kriteria sensor LSF (Lembaga Sensor Film) karena mengandung adegan intim yang berlebihan dan terkesan sadis, film ini larang edar di Indonesia, begitupun juga Malaysia.

2. Noah (2014)

Film berbau agama memang rentan mengundang kontroversi. Begitupun dengan film berjudul Noah  yang disutradarai oleh Darren Aronofsky serta diskenarioi oleh Aronofsky dan John Logan. Dibintangi oleh Russell Crowe, Jennifer Connelly, Douglas Booth, Logan Lerman, Emma Watson dan Ray Winstone, mengapa fil ini dilarang di beberapa negara? Alasannya antara lain karena tidak sejalan dengan agama yang benar, khususnya agama yang di anut oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.

3. Irreversible (2002)

Film arahan Gaspar Noe yang dirilis tahun 2002 ini juga tidak akan pernah anda temui di bioskop di Indonesia. Menjadi pembicaraan lewat salah satu adegannya yang bikin merinding,  memuat adegan
pemerkosaan paling brutal dan sadis. Monica Belucci, yang menjadi aktris utama dianiaya hingga tak berdaya.

4. True Lies (1994)


Dibintangi oleh seorang aktor laga, Arnold Schwarzenegger dimana memuat berbagai adegan menarik dengan efek serta aksi yang memukau berdurasi 141 Menit. Namun, film ini dituduh sebagai
film yang melecehkan agama Islam, sebab True Lies membawa isu SARA yang dikhawatirkan dapat menimbulkan kesalahfahaman tentang Arab ang diidentik dengan Islam dan teroris. Pemahaman ini yang kemudian membuat LSF melarang pemutarannya di seluruh Indonesia.

5. The Year of Living Dangerously (1982)


Aslinya, film ini diangkat dari novel berjudul sama karangan C.J. Koch.  Disutradarai oleh Peter Weir ini mengangkat cerita tentang situasi politik di Indonesia pada tahun 1965, tepatnya menjelang peristiwa G30/S.  Lantaran menggarap isu sensitif itu, Weir tak diberi izin melakukan syuting di
Indonesia oleh Presiden Soeharto yang masih berkuasa kala itu. Meskipun akhirnya film ini berhasil dibuat, namun film ini dilarang tayang di Indonesia karena mengangkat kekacauan Indonesia di tahun 1960-an. Film tersebut dirilis dalam bentuk VCD original dan bahkan juga sempat ditayangkan di salah satu TV nasional di Indonesia.

6. Balibo Five


Balibo Five merupakan film lawas yang diangkat dari kisah nyata lima orang wartawan yang tewas secara misterius. Diambil dari sudut pandang mantan jurnalis senior Roger East, Balibo Five
merupakan salah satu film dilarang tayang di Indonesia. Pencekalan tersebut dilatarbelakangi kekhawatiran akan mengganggu keharmonisan hubungan diplomatik antara pemerintah Indonesia, Timor Leste, dan Australia.

7. Schindler’s List (1993)

Film karya Steven Spielberg bertajuk Schindler's List dilarang tayang di Indonesia. Film yang menceritakan peristiwa holocaust yang dilakukan oleh Nazi kepada orang-orang Yahudi di Jerman pada perang dunia II. Dinyatakan tak lulus sensor oleh Lembaga Sensor Indonesia (LSI) karena  di negara yang penduduknya mayoritas Muslim, mengangkat tema Yahudi adalah persoalan sensitif.

Senin, 20 Februari 2017

'Bukaan 8', Balada Suami Istri Menyambut Persalinan Anak Pertama

Bukaan 8, Produksi Visinema Pictures akan tayang di bioskop kesayangan Anda, mulai 23 Februari mendatang. Untuk pertama kalinya Angga Dwimas Sasongko menggarap genre komedi yang akan dibintangi oleh Chicco Jerikho dan Lala Karmela.


Diproduseri oleh Anggia Kharisma dan Chicco serta menunjuk Salman Aristo sebagai penulis skenario. Beberapa pemain lain yang terlibat seperti Tyo Pakusadewo, Sarah Sechan, Dayu Wijanto, Uli Herdiansyah, Ary Kirana, Melissa Karim, Maruli Tampubolon, TJ, Ivy Batuta, Ary Kirana, Deddy Mahendra Desta, Marwoto, Roy Marten, Nadine Alexandra dan Adriano Qalbi.

Film ini terinspirasi oleh pengalaman pribadi sang produser, Anggia Kharisma, saat akan melakukan proses persalinan. Namun, ia mengatakan bahwa siapa saja pasti pernah mengalami hal ini.

Bercerita tentang pasangan suami isteri, Alam (Chicco) dan Mia (Lala), yang sedang menghadapi kelahiran anak pertama mereka. Selama ini Alam dianggap sebagai laki-laki yang tidak bisa diandalkan oleh keluarga besar Mia. Oleh karena itu, dia berusaha membuktikan diri sebagai suami impian pada kelahiran anak pertamanya.

Apakah upaya Alam akan membuatnya diakui sebagai suami yang siaga atau justru membuatnya berpisah dengan Mia? Intip trailer nya yuk!



Jumat, 17 Februari 2017

Deretan Film Horor Terseram Sepanjang Tahun 2016 Silam

Tahun 2016 silam bisa dibilang sangat memanjakan para penggemar film horor. Begitu banyak cerita yang disuguhkan, dari atologi, otopsi mayat, zombie, penyihir jahat, penyerbuan rumah, hantu biarawati, pembunuh berantai, sampai hiu yang ganas. Berikut 15 film horor yang bisa menguji adrenalin mu. Mungkin ada yang belum kamu nonton?

15. Southbound | Radio Silence, Roxanne Benjamin, David Bruckner & Patrick Horvath


Film antologi horor V/H/S bekerja efektif sebagai film yang memberikan teror dan rasa takut bagi penonton. Southbound datang dengan pakem banyak cerita yang sama namun dengan perlakuan yang sedikit berbeda. Cerita misterinya begitu kuat menyedotmu dalam pusaran pekat tentang usaha manusia dengan rasa bersalah dan usaha penebusan dosanya.

14. The Conjuring 2 | James Wan


The Conjuring 2 merupakan sekuel yang berhasil menghadirkan sebuah film horor yang tak hanya sekadar menakut-nakuti, tetapi juga bercerita. Ada kengerian yang memberi efek maksimal, tetapi juga ada keheranan dan kehangatan, dan diterjemahkan dengan baik dan rapi dalam adegan-adegannya. James Wan lagi-lagi melakukan pekerjaannya dengan sangat baik ketika memodifikasi premis generiknya menjadi sajian audio visual yang penuh ancaman.

13. The Invitation | Karyn Kusama


The Invitation sukses mengajakmu untuk mendatangi pesta paling creepy yang pernah ada - creepy karena semuanya terasa normal tapi juga sekaligus terasa tidak wajar dan nggak beres. Siapa sangka acara reuni sekaligus makan malam hangat di kawasan Hollywood Hills berubah menjadi mimpi buruk ketika tua rumah punya agenda misterius yang dipersiapkan buat tamu-tamunya. Ada teror psikologis yang dimainkan dengan cerdas oleh sutradara Karyn Kusama dalam usahanya menghadirkan paranoia dalam situasi serba tidak nyaman sekaligus sindiran tentang gaya modern. Sisi sinematografi dan scoring mendukung kesan ketidaknyamanan yang diperlukan. Film ini menyelipkan sedikit pesan moral mengenai bagaimana menghadapi kehilangan seseorang yang kita cintai.

12. Lights Out | David F. Sandberg


David F. Sandberg bisa dibilang sukses melebarkan premis simpel namun berkesan dari horor pendeknya yang tidak sampai 3 menit itu menjadi gelaran penuh teror dan kegelisahan akan gelap di sepanjang 81 menit durasinya. Jika Hiu mampu membuatmu takut berenang di laut maka Lights Out akan memaksamu tidur dengan lampu menyala.  Film ini menyuguhkan jump-scares yang efektif. Sangat sangat efektif.

11. I Am Hero | Shinsuke Sato


Adaptasi manga berjudul sama milik Kengo Hanazawa ini menggambarkan suasana horor dengan format aktual.  Dengan jalan cerita from zero to hero dan komedi hitam kuat yang mampu menjadi daya tarik utama selain teror para zombie. Seperti Dawn of The Dead versi Jepang dengan segala kebrutalan dan keunikan yang siap membuatmu tertawa sama keras sembari sembari menjerit ketakutan. 

10. Green Room | Jeremy Saulnier


Karya Jeremy Saulnier “Green Room” cukup menjanjikan dalam menghadirkan adegan gore. Darah berceceran hingga daging terkoyak. Masuk ke dalam kategori horor dengan cerita tentang pengepungan yang dilakukan para skinhead kejam pimpinan Patrick Steward kepada sebuah grup band punk yang dikomandani oleh Anton Yelchin punya segala elemen ketegangan dan kengerian hebat yang dibutuhkan untuk membuatmu duduk terpaku. Ada kebrutalan yang digarap bersama kejutan-kejutan tak terduga. Sebagai sebuah film thriller yang ringan, Green Room sendiri sangat solid dari awal hingga akhir, mampu bermain maksimal dalam level ketegangan, dan eksekusi adegan berdarahnya yang brilian sekaligus efektif.

9. 10 Cloverfield Lane | Dan Trachtenberg


10 Cloverfield Lane mungkin hanya sekedar menjadi penumpang kecil di dunia Cloverfield. Berbeda dengan "saudaranya", Cloverfield (2008) namun rohnya hampir sama. Menyimpan kejutan klimaks di bagian akhirnya, namun momen terbaik ada pada momen suspensenya di tiga perempat bagian awalnya.Tampil dengan begitu efektif sebagai sebuah thriller ruang sempit yang mencekam dan pintar. Dengan dukungan naskah solid dan penampilan memukau dari para pemainnya merupakan sebuah perpaduan yang sempurna dan menarik antara misteri, suspense, dan sedikit horor.

8. The Shallows | Jaume Collet-Serra


The Shallows adalah salah satu film survival di tengah laut yang paling menarik. Membawa genre shark attack kembali ke penampilan terbaiknya pasca The Jaws yang legendaris itu. Ya, ada horor yang bersembunyi di sebuah ‘surga’ rahasia yang juga menjadi saksi perjuangan bertahan hidup mahasiswi kedokteran seksi yang terjebak seorang diri di tengah karang setelah hiu putih besar menyerangnya ketika tengah berselancar. Durasi yang singkat yaitu hanya dengan waktu 87 menit, namun ending yang ditampilkan benar-benar memberi kepuasan bahkan lebih dari ekspetasi para penonton. Film ini cukup sukses membuat jantung penonton berdebar-debar dan menghela nafas panjang di setiap menit adegan yang ditampilkan.

7. Under The Shadow | Babak Anvari


Film ini mempunyai latar belakang sosial dan politis yang begitu kuat hingga konteksnya meresap ke dalam cerita, terlepas dari kengerian setannya. Atmosfernya yang tak nyaman memberikan intensitas tersendiri, membuat para karakternya (dan kita, penonton) tegang sepanjang waktu. Teror dari dunia gaib tak lebih berbahaya daripada di dunia nyata. Siapa yang menyangka sekelebatan adegan selendang terbang bisa membuatmu bergidik hebat.

 6. Train to Busan | Yeon Sang-ho


Train to Busan sebagai tontonan zombie apocalypse terbaik yang pernah dibuat perfilman Korea Selatan atau mungkin perfilman dunia. Tidak hanya memberikan pertunjukan teror yang penuh kengerian, kejutan dan ketegangan bersama mayat-mayat rakus, namun di saat bersamaan ia juga menghajar telak emosimu dengan melodrama kemanusiaannya yang menghenyak. Meskipun elemen zombie-nya familiar, plotnya cerdas, membalikkan ekspektasi kita dengan poin-poin tak terduga, meski penonton yang berpengalaman boleh jadi sudah bisa menebak tokoh yang akan mati. Lumayan jarang film horor mainstream yang masih bisa mengejutkan kita melalui perkembangan plot alih-alih twist.

5. The Autopsy of Jane Doe | André Øvredal 


Dengan genre thriller yang dibalut spiritual, membuat The Autopsy of Jane Doe terlihat menarik kemasannya. Diluar secara teknis sebagai seorang tukang autopsi mayat, Emile Hirsch dan Brian Cox mampu menjaga intensitas thriller di film ini. Bersiaplah memasuki ruang autopsi dengan kejadian-kejadian aneh di dalamnya. Kamar mayat, jenazah korban pembunuhan yang aneh, proses pembedahan yang menjijikkan dan kejadian supranatural menakutkan adalah hal-hal yang akan kamu temui di sini.

4. The Eyes of My Mother  | Nicolas Pesce


Dijuluki film horor yang sakit jiwa, sang sutradara The Eyes of My Mother, Nicolas Pesce bisa menterjemahkan trauma, duka dan kesepian ke dalam bahasa visual yang meski tampak disturbing parah, tapi harus diakui terbungkus cukup indah. Pemilihan warna monokromnya mungkin tidak populer dan menjurus artsy, tetapi percayalah ada begitu banyak kengerian yang ditawarkan meski tanpa warna merah darah. Ini sebenarnya adalah sebuah drama keluarga disfungsional lewat adegan-adegan sadis yang dipertontonkan, yang menjadi pengalaman tidak mengenakan sehingga membekas di ingatan. Walau tersembunyi di balik sinematografi indah sekalipun, nyeri tak bisa tertutupi dan rasa ngilu tetap akan terasa kala melihat Francisca beraksi. 

3. Don’t Breathe | Fede Alvarez


Don't Breathe adalah film berdurasi relatif pendek namun mampu menciptakan suasana horror yang menegangkan. Film ini akan mengajakmu ke sebuah pengalaman menonton horor home invasion yang membuatmu susah bernafas. Tidak hanya memiliki jalan cerita yang bagus tentang permainan kucing dan tikus antara The Blind Man dengan si perampok rumah, namun juga turut didukung dengan eksekusi yang sama hebat dan efisiennya yang siap membuatmu ketakutan sendiri tanpa benar-benar tahu apa yang akan terjadi kemudian. Pokoknya film ini ngagetin dan bikin gemes!

2. The Wailing | Na Hong-jin


Bercerita tentang sosok iblis yang bersemayam di sebuah desa terpencil, hanya saja horor garapan Na Hong-jin memilih untuk berada dalam dunia lebih modern dengan cerita yang dimulai dengan kasus pembunuhan, penyelidikan, wabah misterius yang nantinya berujung dengan kengerian demi kengerian dan ending yang akan terus mengusik dalam ingatanmu. Film ini lebih memberikan rasa disturbing. Penyelesaiannya sungguh di luar akal sehat, namun satu hal yang pasti adalah kita bisa merasakan penderitaan dan keputusasaan yang coba diangkat filmnya.

1. The Witch | Robert Eggers


Dongeng gelap tentang penyihir wanita jahat dari perkampungan puritan di New England di abad ke-17 menjadi film paling menghantui di sepanjang 2016 lalu. Cerita tentang keluarga Kristen fanatik yang keimanan mereka goyah diganggu oleh iblis dari hutan gelap ini punya nada yang suram dan depresif. Di balik tema penyihir dan supernatural-nya, Robert Eggers sengaja memasukkan konflik disfungsi keluarga di sini. Bisa dirasakan, kekacauan keluarga ini berasal dari rasa ketidakpercayaan satu sama lainnya yang menjadi titik awal kehancuran. Susah untuk bisa duduk nyaman di saat sang penyihir mulai bergentayangan, menculik bayi, mengubah bentuk dan perlahan menghancurkan keluarga kecil itu tanpa ampun.

Selasa, 14 Februari 2017

Poster Promo Pacific Rim:Uprising Pamerkan Tiga Jaeger Teranyar

Bagaimana pendapatmu tentang trio robot raksasa ini? Dengan desain yang ramping dan lebih mutakhir, Para Jaeger pembasmi Kaiju akan kembali beraksi di sekuelnya yang bertajuk Pacific Rim:Uprising. Poster ini sendiri menampilkan tiga Jaeger yang disinyalir menjadi Jaeger utama di Uprising, Sementara dua Jaeger yang berwarna merah dan silver masih misterius. Jaeger biru diduga adalah Gipsy Danger yang sempat muncul di film terdahulu. Jika anggapan tersebut berakhir benar, maka ini akan mengkonfirmasi rumor bahwa Gipsy Danger mendapat upgrade di Uprising.

Perubahan desain Jaeger tentu tak lepas dari setting Uprising yang terjadi beberapa tahun pasca invasi Kaiju di Pacific Rim. Dalam film garapan sutradara Steven DeKnight ini, pemerintah dari berbagai negara tak hanya memanfaatkan Jaeger untuk menghentikan Kaiju, tapi juga untuk bertarung melawan sesama Jaeger. Adanya Kaiju yang hidup kembali, Pan Pacific Defense Corps terpaksa harus mengumpulkan pilot Jaeger baru – termasuk Nate Lamber dan Jake Pentecost – guna memberi angin segar terhadap program Jaeger sehingga robot ini bisa efektif ketika digunakan untuk mematikan Kaiju.

Untuk pilot, John Boyega telah dikonfirmasi akan menjadi Jake Pentecost, putra dari Stacker Pentecost. Selain itu, Scott Eastwood juga dikonfirmasi akan ikut menjadi pilot Jaeger generasi baru. Dari generasi lama, Mako Mori yang diperankan oleh Rinko Kikuchi juga sudah dikabarkan akan kembali. Tinggal tunggu saja untuk mengetahui para pilot ini akan mengendarai Jaeger yang mana. Selain Boyega dan Eastwood, film ini juga dibintangi Cailee Spaeny dan Jing Tian (Kong: Skull Island). Rencananya Pacific Rim: Uprising akan dirilis 23 Februari 2018.

Intip Trailer "Beauty And The Beast"

Film live-action "Beauty and The Beast" berkisah tentang petualangan mengagumkan seorang wanita muda yang pintar, cantik dan independen bernama Belle (Emma Watson) yang tersesat dan tanpa sengaja ia menemukan sebuah kerajaan tua. Pada saat ia memasuki kerajaan itu, dia bertemu dengan sesosok makhluk dengan rupa yang mengerikan yang disebut Beast (Dan Stevens). Kemudian Belle dijadikan tawanan di kastilnya.

Meski ketakutan, Belle mencoba berteman dengan staf kastil yang ramah. Tak lama Belle mulai memahami sifat tertutup Beast dan mengetahui bahwa ada hati dan jiwa Pangeran sejati dalam dirinya. Sebenarnya makhluk itu adalah sesosok pangeran tampan yang terkena kutukan akibat kesombongannya. Akibat kutukan itu, ia berubah menjadi makhluk yang menakutkan. Dalam perjalanan waktu akhirnya Belle jatuh cinta dengan makhluk itu. Akankah cinta Belle mampu menghilangkan kutukan dan mengembalikan rupa sebenarnya dari sang pangeran?

Film yang akan dirilis pada tanggal 17 Maret 2017 ini di bintangi oleh Emma Watson (Belle), Dan Stevens (Beast), Luke Evans (Gaston), Ian McKellen (Cogsworth), Ewan McGregor (Lumiere) dan Emma Thompson (Mrs. Potts). Adapun sederet pemain pendukung lain, yakni Josh Gad, Stanley Tucci, Gugu Mbatha-Raw, Kevin Kline dan Audra McDonald.

Di balik layar, Bill Condon (Twilight Saga: Breaking Dawn) dipercayakan menjadi sutradaranya, dengan acuan naskah yang ditulis Stephen Chbosky (The Perks of Being a Wallflower). Film yang merupakan hasil adaptasi dari cerita klasik ini di anggap berhasil menghidupkan kembali “keajaiban” dari animasinya, mulai dari desain produksi dan scoring yang megah, hingga kisah cinta tak terduga antara Belle dan Beast.